FIRST LOVE
Taka da yang paling menyedihkan selain mengingat sesuatu
saat kita tidak membutuhkannya lagi. –Khrisna Pabichara
Cinta pertama selalu menyakitkan. “Mulai saat ini, detik ini
juga, kita tak saling kenal satu sama lain!”. Itulah kalimat yang akan ku
ucapkan jika suatu hari nanti aku bertemu denganmu, cinta pertamaku. Mungkin
kedengarannya pahit, but this is my confession. Lebih baik aku tak
mengenalmu sama sekali, daripada harus menanggung beban ini sendirian.
Kaulah cinta pertamaku, ya, love at first sight time,
awalnya aku slalu ragu dengan yang namanya cinta pada pandangan pertama, tapi
pada akhirnya aku benar-benar harus mempercayainya. Kala itu, pertama kali aku
melihatmu, aku benar-benar kagum dengan kepiawaianmu bermain gitar. Kenapa
?karena kau telah mengingatkanku dengan sahabat lamaku. Namun rasa kagumku itu
hanya sementara, dan aku lupakan begitu saja. Seiring berjalannya waktu, tak kusangka kita dipertemukan kembali di bawah
“payung” suatu organisasi, dan aku sama sekali tak tertarik untuk menjadikanmu
orang spesial yang mendapatkan tempat dihatiku. Jangankan menjadi orang spesial,
berkenalan denganmu aja aku enggan. Dan sampai pada akhirnya, saat yang tak kuduga, saat dimana aku
tiba-tiba tertarik denganmu, ingin mengenalmu lebih jauh, memberikan
segala perhatianku, menyayangimu, dan
mengasihimu. Entahlah.
Dan akhirnya, aku benar-benar dekat denganmu, hati kita
telah menyatu. Aneh, mungkin baru kali ini aku merasakan cinta. Cinta itu buta,
gila, rakus, egois, ah, gado-gado banget lah rasanya. Pedas, manis, asem, jadi
satu. Baru kali ini aku memperjuangkan sesuatu yang tak nampak, yang syubhat,
yang aku tak tau pasti apakah ada manfaatnya atau enggak. Tapi yang pasti
aku tau, meskipun diselingi resah, aku merasakan kebahagiaan saat aku
memperjuangkannya. Memperjuangkan cinta. Ya, benar, CINTA.
Sakit hati, patah hati, denganmu lah aku merasakannya.
“Berani mencintai, harus berani disakiti”. Kira-kira begitu. Aku gak pernah tau
apa itu patah hati. Bagaimana memperbaikinya ?ah, karena ini kali pertama aku
patah hati. Yang aku bisa, hanya menangis, menangis, dan menangis karna terlalu
sakit untuk berjalan mencari obatnya. Tapi, aku merasa berhutang budi padamu.
Meskipun kau telah menyakitiku, kau telah memberikanku pelajaran berharga. Aku
jadi tau apa itu cinta, apa itu patah hati, dan juga apa itu setia. Terimakasih
teman.
Terkadang, cinta memang tak membutuhkan alasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar